Kakanwil Kemenag Sumbar: Penguatan Literasi Beragama bagi Kepenghuluan Penting Dilakukan.
Bukittinggi, Tinta Rakyat – Penghulu di lingkungan Kementerian Agama, kini dituntut memiliki kompetensi menulis karya ilmiah. Karena untuk kenaikan status Kepenghuluan, sudah mensyaratkan adanya sebuah karya ilmiah yang dihasilkan oleh Penghulu tersebut.
Demikian diungkapkan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang diwakili Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Edison, M.Ag, pada Senin (4/10) ketika membuka kegiatan Penguatan Literasi Beragama Bagi Kepenghuluan tahun 2021 angkatan II, bertempat di Grand Bunda Hotel Bukittinggi. Tampil sebagai narasumber, wartawan utama Armaidi Tanjung yang juga penulis sejumlah buku.
Kabid Urais Edison mengatakan, menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) nomor 9 tahun 2019 tentang jabatan fungsional penghulu dijelaskan. Bahwa status kepenghuluan di lingkungan Kementerian Agama terdiri dari tingkat Pertama, Muda, Madya dan Utama.
“Kenaikan status kepenghuluan dari muda ke madya, minimal harus ada dua tulisan ilmiah yang dihasilkan. Sedangkan dari madya ke status utama, disyaratkan adanya tiga tulisan ilmiah. Hal ini, tentu harus menjadi perhatian serius bagi penghulu yang menginginkan naik status,” kata Edison.
Edison menyebutkan, dengan alasan tersebut, maka penguatan literasi beragama bagi kepenghuluan ini penting dilakukan. Terutama, untuk membekali penghulu dengan kemampuan menulis dan membaca setiap perubahan yang terjadi.
“Kita sengaja mengundang seorang praktisi dan penggiat literasi, yang sudah menulis puluhan judul buku. Mudah-mudahan, pengalamannya bisa dibagikan kepada kita semua. Sehingga, dapat memberikan motivasi dan bekal bagi penghulu untuk memahami apa yang dibaca dan mulai menulis sebuah karya ilmiah,” jelas Edison.
Sementara itu, Kasi Kepenghuluan H. Syafalmart, S.Ag. dalam laporannya menyampaikan. Salah satu indikator keberhasilan Kementerian Agama dalam pembangunan bidang agama, tercermin dari seberapa jauh tingkat indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja layanan Penghulu pada Kantor Urusan Agama Kecamatan.
“Literasi agama sangat penting dilaksanakan, mengingat kompleksnya keberagaman yang ada di Indonesia. Literasi agama adalah sebagai alternatif pendidikan moral, di tengah maraknya kebencian dan hoax dalam berbagai sektor kehidupan,” tutur Syafalmart.
Dikatakan Syafalmart, bahwa perlunya literasi beragama dalam dunia Kepenghuluan dimaksudkan, agar penghulu mampu membangun komitmen terhadap diri sendiri. Sehingga, penghulu akan mampu melayani diri dan bisa berbagi untuk melayani orang lain. Konsultasi keagamaan masyarakat khususnya di bidang fikih, keluarga sakinah, tentang Islam Rahmatan Lil’alamin dan persoalan-persoalan hukum Islam lainnya. Tidak hanya dilakukan melalui cara konvensional saja, melainkan juga dengan teknologi digital. Para penghulu dituntut pula dapat membahasakan pengetahuan keagamaan melalui bentuk tulisan, baik di media sosial, media cetak, ataupun karya tulis ilmiah hasil dari pengamatan dan penelitian dalam wilayah kerjanya.
“Penghulu diharapkan memiliki kompetensi dasar literasi keagamaan, yang bersumber langsung kepada penguasaan kutubul mu’tabarah (kitab-kitab yang diakui) dan diterjemahkan dalam media tulis. Penguatan Literasi Beragama bagi penghulu menuju revitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA), akan berdampak positif secara priskologis bagi insan Kemenag dalam menjalankan tugas. Guna mengoptimalkan layanan kepada masyarakat, yang kaya akan inovatif. Sehingga penghulu tidak lagi terkesan hanya sebagai pencatat nikah, melainkan mampu berbuat lebih dengan terobosan pengembangan-pengambangan program yang manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat,” kata Syafalmart.
Diketahui, peserta yang mengikuti Penguatan Literasi Beragama sebanyak 30 orang. Yang terdiri dari penghulu yang berasal dari Kantor Kemenag Kabupaten Agam, Pasaman, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Kota Bukittinggi, Padang Panjang, dan Payakumbuh. (AS)
