Menumbuhkan Ghirah Beribadah Puasa Ramadhan

Oleh : Ir. Yohanes Wempi, S.Pt. IPP. CST *)

0 14

TINTA RAKYAT SUMBAR – Hari pertama ibadah tarawih Penulis lakukan di Masjid Raya Sumbar, dengan harapan masjid tersebut penuh terisi. Ternyata banyak shaf kosong, berapa orang jamaah pun sholat tidak merapatkan barisan, seolah asal-asal ibadah.

Penulis bertanya dalam hati, kenapa Masjid Raya Sumbar ini tidak ramai? Apakah ghirah terhadap Islam dan ibadah bulan puasa ini sudah menurun, karena dua tahun lebih pandemik covid-19. Semua disuruh jaga jarak. Sehingga, sholat pun ikut malas karena sudah terbiasa berjarak.

Idealnya karena malam ini malam pertama taraweh. Apalagi dihadiri oleh Gubernur Sumbar, ikut juga Sekda Propinsi Sumatera Barat. Penulis melihat kehadiran pejabat itu dari mobilnya terparkir dijenjang Masjid. Seharusnya jamaah sholat tumpah ruah, ternyata sepi tidak layaknya ibadah Ramadhan pertama. Prihatin memang.

Bulan Ramadhan merupakan bulan tarbiyah, bulan dimana Kita kembali melatih diri. Salah satunya mari Kita tingkatkan ghirah dan cinta Islam. Ini diantaranya yang perlu ditumbuhkan saat bulan Ramadhan.

Penulis berharap, menumbuhkan ghirah dan cinta Islam menjadi sangat penting di era pandemik covid-19 dan era globalisasi yang sedang memanas ini. Perlu dijelaskan, bahwa kata ghirah dalam bahasa Arab secara literal bisa bermakna cemburu. Adapun secara terminologi, yakni semangat yang menggelora dalam setiap jiwa manusia.

Terma ghirah hampir mirip bentuk ejaannya dengan kata dalam bahasa Indonesia, yaitu gairah. “Bagaimana menggerakkan semangat (spirit) yang tinggi dan cinta (hubb) seorang muslim kepada agama Islam yang luhur ini.” Inilah poin-poin pokok. Kita tingkat semangat ber Islam dan beribadah, termasuk di bulan Ramadhan ini.

Menurut Penulis, ada beberapa langkah untuk membangkitkan ghirah Islam, diantaranya adalah mencintai Allah SWT dan mengikuti jejak serta perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang terekam dalam petikan ayat berikut ini : Katakanlah (wahai Muhammad). “Jika kalian mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi/mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran : 31).

Setelah itu adalah perlu iman yang tangguh dan kokoh, seperti yang terlukis dalam (QS. Al-Baqarah : 165). Tanpa iman yang tangguh, pasti gairah keberislaman kita kurang kuat.

Selanjutnya, berbuat kebaikan/kebajikan kepada sesama. Seperti yang dilukiskan dalam (QS. Al-Baqarah : 195). Al-Qur’an tidak menggunakan istilah hasan (baik), tetapi muhsinin (orang-orang yang berbuat kebaikan). Kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan, bukan sebaliknya melakukan kerusakan, atau hal yang destruktif (at-tahlukah).

Terakhir, lakukan atau melakukan amar makruf dan nahi mungkar secara nyata. Ini komitmen dalam diri. Berjuang meluruskan yang salah, meninggalkan yang dilarang oleh Allah SWT.

Untuk mewujudkan ghirah dalam diri, maka diperlukan kesabaran, keuletan, dan ketegaran dalam menegakkan ajaran Islam dengan mencontoh sejarah kehidupan Nabi SAW. Perhatikan firman Allah yang berbunyi: “Aku tidak mengutus-Mu melainkan untuk memberi rahmat bagi segenap alam” (QS. Al-Anbiya : 107).

InsyaAllah ada keyakinan, jika ummat ghirahnya tinggi, maka Masjid Raya Sumbar akan bisa penuh. Sehingga masjid, surau dan lainnya juga akan penuh. Mari diawal Ramadhan ini, kita perkuat ghirah untuk ibadah dan meramaikan Masjid, disaat dunia yang mendekati kiamat. [AS].

*) Pemerhati masalah Sosial dan Politik.

Ads

IMG-20230107-WA0016
20221218_171931
IMG-20221218-WA0002
20240106_175354
IMG-20230107-WA0016 20221218_171931 IMG-20221218-WA0002 20240106_175354

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Do NOT follow this link or you will be banned from the site!