Silek Sunua Padang Pariaman, Warisan Leluhur yang Harus Dijaga dan Dilestarikan

0 73

 

Padang Pariaman, Tinta Rakyat – Ranah Minang Sumatera Barat memiliki tiga induak silek, salah satunya adalah Silek Sunua. Silek Sunua yang mulai berkembang di pesisir barat Sumatera Barat ini, sejak dari Ulakan Pariaman sampai ke Pasaman hingga ke provinsi Riau.

Silek Sunua ini sebelumnya dikenal dengan nama Silek Tuo yaitu dibawah binaan para Tuanku atau ulama di Minangkabau. Dimana pada awalnya, dikembangkan oleh Khalifah Syekh Burhanuddin. Beliau mengajar silek di surau, sembari menyebarkan agama islam di ranah Minang. Oleh karena itu, Silek Sunua ini juga mengandung unsur-unsur agama islam yang sangat kental.

Sifat Silek Sunua ini, menunggu serangan dari lawan bukan menyerang. Karena itu, Silek Sunua ini ditujukan untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat membahayakan. Dalam perkembangannya, Silek Sunua ini tidak lepas dari peran dua belas khalifah. Yang diawali dari Syekh Burhanuddin, Syech Badarudin, Syech Badu Elang, Syech Daud, Anduang Ijuak, Syech Bani Adam, Anduang Joki, Mak Munaf, Baka Baluik, Rajo Ageh, Sulaiman dan H. Ali Musa.

Menurut sejarahnya, Silek Sunua ini disempurnakan dan dipopulerkan oleh khalifah yang ke-5 yaitu Anduang Ijuak. Dimana, Anduang Ijuak ini merupakan putra asli dari nagari Sunua. Sehingga penamaan silek tuo ini akhirnya dikenal dengan nama Silek Sunua sampai sekarang. Hal itu diungkapkan oleh Sudirman, selaku guru silek di Kabun nagari Sunua kecamatan Nan Sabaris kabupaten Padang Pariaman.

Ketika Silek Sunua ini sudah hampir punah, tepatnya pada tahun 2004 pria berusia 45 tahun ini terpanggil untuk melestarikannya. Dengan niat ingin meneruskan perjuangan H. Ali Musa almarhum, selaku Kapalo Mudo di Sunua. Dan beliau juga merupakan bagian dari dua belas khalifah dan ia juga sangat berkontribusi besar terhadap perkembangan Silek di Sunua dalam wilayah kecamatan Nan Sabaris dan Ulakan ini.

“Motivasi awal saya ingin melestarikan silek ini, agar Nagari Sunua tidak hilang dari peredaran. Dan juga untuk menjaga agar warisan leluhur ini tidak punah, karena Silek Sunua ini merupakan Silek Tuo. Terkhususnya kepada masyarakat dan generasi muda di Nagari Sunua, karena bak kata orang dahulu, jan mangaku urang Sunua kalau indak pandai basilek Sunua. Hal ini membuktikan, bahwa silek ini merupakan jati diri dari orang Sunua semenjak dahulu”. Terangnya.

Sudirman juga menambahkan, selain untuk melestarikan budaya, silek ini diajarkan kepada para muda mudi adalah sebagai pagar diri dari musuh yang akan membahayakan dirinya. Bukan untuk gaya-gayaan atau menyombongkan diri, karena pada dasarnya silek ini hanya digunakan dalam keadaan yang mendesak.

Waktu latihan Silek Sunua, dilakukan dua kali seminggu. Pelaksanaannya biasanya diajarkan pada malam hari dan semua anak sunua berhak belajar silek ini. Namun, tidak juga tertutup kemungkinan bagi muda-mudi luar sunua untuk belajar silek ini. Karena menurut Sudirman, Silek Sunua ini sangat berguna untuk menjaga diri, karena yang akan menjaga diri kita hanyalah kita sendiri.

“Hingga saat ini, perguruan Silek Sunua telah memiliki beberapa murid. Diantaranya di Korong Kabun 30 orang, di Korong Padang Kalam sekitar 20 orang dan masih banyak lagi murid-murid yang menjadi sasaran baik di Nagari Sunua, Sunua Barat dan Nagari Sunua Tengah. Perguruan ini juga telah memiliki berbagai prestasi, diantaranya pernah mengikuti festival silek tingkat Nasional di Payakumbuh. Serta berhasil meraih juara 2 dan 3 pada Festival Alek Nagari di Sintuk Toboh Gadang, pada tahun 2019. “terang suami dari Anita ini.

Menurut Suhatman, SPd, MSi. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Padang Pariaman, ketika ditemui di kantornya Jum’at (23/10). Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman berpartisipasi dalam melestarikan Silek Sunua ini dengan memberikan bantuan berupa baju silek. Pakaian itu untuk mendukung eksistensi para pesilat tampil dalam pertunjukan silat. Kemudian juga, pada tahun 2014 hingga 2019 ketika Sudirman menjabat sebagai anggota Badan Musyawarah di Nagari Sunua. Ia tetap menganggarkan kurang lebih 2.500.000 per tahun, untuk kelangsungan kegiatan pelatihan Silek Sunua ini.

Dalam rangka mendukung kelestarian budaya, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman juga telah membuat Rencana Strategis yang mengacu pada Undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pengajuan kebudayaan. Kemudian, dituangkan dalam Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) yang disahkan oleh kepala Daerah.

“Kabupaten Padang Pariaman telah menyusun rencana strategis bidang kebudayaan, yang telah dimuat dalam bentuk keputusan bupati nomor 392/ Kep/BPP/2018 tentang Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Dimana didalamnya terdapat poin cagar budaya tak benda, termasuk silek dan randai”, terang Suhatman.

Ia juga menambahkan, dalam melestarikan silek, pada tahun 2017 bidang kebudayaan telah membuat program digitalisasi cagar budaya tak benda. Salah satunya Silek Sunua, yang juga telah tertuang dalam PPKD Padang Pariaman. Termasuk pembinaan sanggar khusus silek, di Aur Malintang dan Sungai Limau.

Silek Sunua ini tidak hanya dipelajari oleh anak laki-laki saja, namun juga diikuti oleh wanita yakninya Wiwid Mulya Putri yang merupakan murid wanita pertama di perguruan ini. Berasal dari keluarga yang juga pesilat, memotivasi wiwid mempelajari silek agar bisa menjaga diri.

“Terlahir sebagai perempuan, tidak menyurutkan niat saya untuk mempelajari Silek Sunua. Sejak duduk di sekolah menengah pertama, sudah timbul ketertarikan untuk mempelajari silek ini. Mungkin karena kakek saya juga pesilat dulunya, serta dengan mempelajari silek ini minimal bisa melindungi diri kita dari bahaya”, ungkapnya.

Katanya, banyak tantangan yang ditemukan dari awal ingin mempelajari silek ini. Diantaranya, Silek sunuya ini masih dianggap tabu untuk seorang perempuan. Hingga ia sering dicemooh, karena silek ini dianggap tidak penting dan bukan untuk perempuan. Tidak hanya masyarakat luar yang menentang, namun keluarganya juga tidak mendukung atas kemauannya ini. Namun dengan kemauan dan tekad yang kuat, ia bisa meluluhkan hati keluarga dan mengizinkannya untuk belajar Silek Sunua ini.

“Alhamdulillah, dengan semangat dan tekad yang kuat, saya dapat membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa mempelajari silek. Sehingga akhirnya, banyak dari anak perempuan Sunua yang berminat dan ingin mempelajari silek sunua. Dan saat ini, juga telah terbentuk Sanggar Silek Sunua dengan nama Sanggar Mandiri yang diketuai oleh saya sendiri”, terang wanita 29 tahun ini.

Ia juga mengatakan, tujuan dari mengikuti Silek Sunua ini adalah untuk memotivasi kaum muda untuk mempelajari dan melestarikan Silek Sunua ini. Yaitu dengan melibatkan mereka dalam setiap acara, khususnya yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Sehingga dengan sering dilibatkan itu, mereka akan semakin bersemangat untuk terus mempelajari Silek Tuo ini.

“Saya beharap untuk kedepannya, Silek Sunua bisa semakin berkembang dan membuktikan kepada masyarakat banyak bahwa Silek Sunua ini berguna bagi semua kalangan tanpa terkecuali untuk perempuan. Begitu juga untuk membuka mata masyarakat, bahwasanya silek ini merupakan warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan,” ujar Wiwid menutup pembicaraan. (AS)

Ads

IMG-20230107-WA0016
20221218_171931
IMG-20221218-WA0002
20240106_175354
IMG-20230107-WA0016 20221218_171931 IMG-20221218-WA0002 20240106_175354

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Do NOT follow this link or you will be banned from the site!