Pemimpin Dengan Masyarakatnya, Yang Peduli Yang Melayani

Oleh: Dr. Ir. Irwandi Sulin, MP, Dt. Gadang

0 134

TINTA RAKYAT SUMBAR – Kadang kita sering menerima ucapan, bahwa pimpinan kita selalu hadir pada setiap acara dimasyarakat, acara apa saja dihadiri. Kata ini pada banyak keadaan, sering menimbulkan pro dan kontra. Bagi yang pro dianggap sebagai rasa peduli, kedekatan dan perhatian. Kepedulian dengan masyarakatnya sekaligus sebagai bukti kecintaan, sebenarnya juga upaya untuk memantau keadaan masyarakat.

Tapi bagi yang kontra, kegiatan ini akan menjadi kegiatan yang *sumbang*.
Konotasinya macam ragam pula, ada beranggapan miris, menjadi ucapan keraguan, kegalauan, kata-kata kapan beliau akan mengurus kerja, bisa gagal periode ini. Bahkan sering diikuti dengan kata-kata pekerjaan mubazir, hanya pencitraan saja dan sebagainya.

Pola kepemimpinan, memang beragam model. Namun semuanya punya kelebihan dan kekurangan, semua tergantung dari titik pandang kita yang mengamati.

Sebagai manusia berfikir, mungkin kita harus melihat dan memahami cara kerja seseorang atau cara seseorang bekerja. Kita harus pahami, bahwa pekerjaan adalah kemampuan yang mengawal diri sampai kepada satu hasil, *karena pekerjaan melekat pada diri dan pola sikap* beragam caranya.

Setidaknya ada 3 macam :
.
a. Memantau saja, karena ada pembagian tugas, pemantauan yang dikerjakan. b. Terlibat langsung, pemimpin yang langsung melibatkan diri dalam suatu pekerjaan, kurang tepat karena ada petugasnya. c. Memantau dan bekerjasama, titik evaluasi yang diutamakan, mereka adalah penerima kebijakan.

Konteks pemimpin ketiga ini, mungkin type ideal, kalau mampu menggunakan waktu untuk memantau masyarakat secara langsung, mengunjungi, mendengarkan dan membuat kebijakan pro rakyat, maka akan lebih sempurna.

Negatifnya dalam pola kepemimpinan yang merakyat ini, juga menimbulkan pro dan kontra.

Namun hebatnya, dalam konteks kepemimpinan seperti ini akan memupuk rasa cinta masyarakat kepada pemimpin. Apalagi program yang dibuat *adalah kebutuhan masyarakat langsung* merata dan berkesinambungan. Seperti membangun jalan-jalan yang diidamkan masyarakat, membangun sarana penunjang umum pertanian, seperti embung yang secara langsung menunjang ekonomi pertanian.

Rasa cinta masyarakat ini, akan terbangun bak snow ball, *bola salju*. Makin lama makin besar seiring dengan gema tekanan, rasa cinta masyarakat tanpa disadari makin membesar, mencintai pimpinannya dan akan membela pemimpinnya.

Disisi lain, juga akan timbul rasa tersisih bagi mereka yang selama ini berlawanan dan membenci, kurang simpatik dan berangan-angan jadi pemimpin. Mereka merasa pemimpin yang kita bahas adalah lawannya dan harus disingkirkan.

Perjalanan waktu akan membaca hasil dari kepemimpinan ini, waktu akan bicara, produk kerja mengalir dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Semua seakan mengalir tanpa dibuat-buat, tanpa rekayasa dan *rasa cinta akan muncul*

Masyarakat yang mencintai Pemimpin, tidak akan goyah ketika pimpinannya diburukkan, dicarikan lawan tanding, apalagi yang sudah punya nama sebagai tandingan. Ini malah menjadi fikiran negatif di benak masyarakat. Kata dan bahasa yang akan terbangun adalah rasa benci kepada kelompok ini (kelompok yang ingin jadi tandingan). Kenapa ya, masih lama waktu lagi, mereka sudah kasak kusuk mencarikan ganti pimpinan kita. Kata iyalah, jika nanti yang dihadirkan ini mampu seperti pimpinan yang sekarang, dekat dan peduli.

Kalau diganti lagi akan galau lagi negeri ini. Masyarakat akan membaca maksud kelompok perlawanan ini. Pandangan negatif akan muncul, apa lagi jika terbaca kelompok perlawanan ini memunculkan orang kampung mereka sebagai unggulan. Kata yang beredar adalah, bagaimana mungkin, ndak boleh orang wilayah lain yang memimpin.

Hal ini justru menambah *tebaran pupuk kepedulian bagi pimpinan yang semakin menyuburkan*. Hal ini tidak akan mampu meruntuhkan kecintaan yang mulai tertanam di jiwa masyarakat, malah makin subur.

Pada saatnya tiba, ada aturan yang mengharuskan *adanya putaran kompetisi baru* kalaulah bukan kehendak Tuhan, atau kita bicara manusia saja, diyakini pemimpin seperti ini (yang sedang memimpin lagi merakyat) akan bergulir ke tengah dan masyarakat tidak akan pikir-pikir lagi untuk langsung memilihnya.

Pemilih yang dulu tidak ikut memilih, akan menjadi pendukung dan ikut memilihnya. Pemimpin ini akan menang lebih telak dan bisa melanjutkan kepemimpinannya pada periode kedua. Karena mereka berfikir dengan filosofis, jika kita ganti, apa akan sebaik yang sekarang kah yang sudah jelas-jelas peduli dan melayani.

Disisi lain juga, yang ada dihati masyarakat selama ini hanyalah rasa trauma pada sebuah pergantian pimpinan. Mereka takut gagal lagi dan akan menderita lima tahun lagi. Mau ganti atau mungkin lebih baik dilanjutkan.

*itulah pemimpin*

Ads

IMG-20230107-WA0016
20221218_171931
IMG-20221218-WA0002
20240106_175354
IMG-20230107-WA0016 20221218_171931 IMG-20221218-WA0002 20240106_175354

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Do NOT follow this link or you will be banned from the site!