JUMLAH PENDUDUK MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH. (Bagian 2)

Oleh : Andri Satria Masri, S.E. M.E.

0 8

TINTA RAKYAT – Jumlah penduduk yang banyak di suatu Daerah memotivasi pelaku usaha mendirikan usaha bisnis. Pedagang katupek berani membuat katupek lebih dari 30 buah sehari, karena yakin habis oleh pembeli. Pedagang sepatu, baju, peralatan sekolah anak bermunculan. Pengembang perumahan dengan yakin membeli banyak lahan untuk dibangun rumah-rumah murah, karena melihat potensi pasarnya tersedia di Daerah tersebut. Pasar nagari yang biasanya buka sekali seminggu, bisa jadi akan buka setiap hari.

Jumlah penduduk yang banyak, membuka banyak peluang usaha bisnis. Yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu Daerah. Pelaku ekonomi dalam memutuskan investasinya, salah satu faktor penting yang dilihat adalah pasar yang tersedia. Pasar disini maksudnya adalah konsumen. Jika calon konsumennya tidak menguntungkan dari hitung-hitungan ekonominya, maka investor lebih memilih Daerah yang pasarnya terbuka luas. Walaupun banyak kendala yang akan dihadapinya di Daerah tersebut.

Sekarang, kita lihat bukti empiris dari data-data yang terkait dengan jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk. Semua itu, sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka Harapan Hidup (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Pengeluaran penuduk, Laju Pertumbuhan PDRB/Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, Gini Ratio dan Angka Pengangguran di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

Kita akan membandingkan data tersebut, dalam rangka melihat apakah benar jumlah penduduk di Daerah perdesaan mendorong percepatan pembangunan atau tidak. Data yang dipakai untuk dibandingkan adalah, data tahun 2019, data yang bersumber pada kejadian tahun 2018. Penulis tidak bisa memakai data tahun 2020 (data yang bersumber pada kejadian tahun 2019, dimana kejadian pandemi Covid-19 dimulai, puncaknya terjadi pada awal tahun 2020). Karena data tahun 2020 banyak angka anomali dan sulit menganalisanya.

Pertumbuhan Ekonomi (PE) Kota Padang saja tahun 2020 itu anjlok pada urutan 18, setelah beberapa tahun selalu berada di peringkat 1. Tingkat PE Kabupaten Padang Pariaman jatuh di juru kunci, setelah beberapa tahun sebelumnya selalu menguntit PE tujuh Kota di Sumbar.

Jumlah penduduk di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat, berurutan dari terbanyak ke paling sedikit. *Padang*, Agam, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, *Padang Pariaman (5)*, Lima Puluh Kota, Kab. Solok, Tanah Datar, Dharmasraya, Pasaman, Sijunjung, Solok Selatan, Payakumbuh, *Bukittinggi*, Mentawai, *Pariaman*, Solok, Sawahlunto dan Padang Panjang.

Luas wilayah dari terluas sampai terkecil, Mentawai, Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, Kab. Solok, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, Sijunjung, Dharmasraya, Agam, Tanah Datar, *Padang Pariaman (12)*, *Padang*, Sawahlunto, Payakumbuh, Solok, *Pariaman*, *Bukittinggi* dan Padang Panjang.

Dari jumlah penduduk dan luas wilayah, dapat dilihat tingkat kepadatan masing-masing daerah, berikut diurut tingkat terpadat sampai ke renggang, *Bukittinggi*, Padang Panjang, Payakumbuh, *Padang*, *Pariaman*, Solok, *Padang Pariaman (7)*, Agam, Sawahlunto, Tanah Datar, Pasaman Barat, Lima Puluh Kota, Kab. Solok, Pesisir Selatan, Dharmasraya, Pasaman, Sijunjung, Solok Selatan dan Mentawai.

Jumlah penduduk terbanyak diraih Padang dengan luas wilayah peringkat 13 dari 19 Daerah, membuat tingkat kepadatan penduduknya berada di peringkat 4. Bukittinggi adalah daerah terpadat di Sumbar sementara Padang Pariaman berada di urutan 7.

Kota Padang merupakan Daerah terpadat, namun IPM-nya berada di urutan pertama diikuti Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Padang Panjang, Pariaman, Sawahlunto, Agam, Dharmasraya, *Padang Pariaman (11)*, Pesisir Selatan, Lima Puluh Kota, Kab. Solok, Solok Selatan, Pasaman Barat, Sijunjung, Pasaman dan Mentawai.

Dari angka IPM dapat dilihat, bahwa peringkat 1 sampai 7 diisi oleh Daerah Kota, sementara Daerah Kabupaten harus puas berada di urutan 8 sampai 19.

Angka AHH, HLS dan RLS juga tidak berada jauh, masih dikuasai oleh Daerah perkotaan. Begitu juga dengan tingkat pengeluaran penduduk per jiwa per tahun, laju pertumbuhan PDRB/Pertumbuhan Ekonomi, angka kemiskinan, kedalaman kemiskinan, maupun Gini Ratio.

Pada angka pengangguran terjadi kebalikan, Padang menempati urutan pertama sebagai Daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi. Hal ini bisa dimaklumi, sebagai sebab kekurangan lahan dan sumber daya. Namun dari angka lainnya, Padang selalu menempati urutan pertama diikuti Daerah Kota lainnya. Pada Indeks Kedalam dan Keparahan Kemiskinan, Daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan Daerah perkotaan. Ini menunjukkan bahwa Daerah perkotaan lebih sejahtera dibandingkan perdesaan.

Yang menarik dari angka-angka tersebut adalah, Pariaman sebagai Daerah pemekaran dari Padang Pariaman, semua indeksnya lebih tinggi dibandingkan induknya. (Bersambung)

Ads

IMG-20230107-WA0016
20221218_171931
IMG-20221218-WA0002
20240106_175354
IMG-20230107-WA0016 20221218_171931 IMG-20221218-WA0002 20240106_175354

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Do NOT follow this link or you will be banned from the site!